Aula Gedung LPPM Kampus UPI, Rabu, (11/12/2024).
Berbicara mengenai karya tulis ilmiah, karya ini berfungsi sebagai jendela yang membuka akses menuju wawasan pengetahuan yang lebih luas. Melalui proses penulisan yang terstruktur dan berbasis penelitian, karya tulis ilmiah tidak hanya melatih kemampuan berpikir kritis, tetapi juga memperkuat keterampilan menyampaikan ide secara logis dan sistematis. Bagi mahasiswa, karya tulis ilmiah menjadi media untuk berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sekaligus meningkatkan kompetensi di ranah akademik dan profesional. Dengan bekerja sama, berdiskusi, dan terus belajar, setiap individu memiliki potensi untuk menciptakan karya yang memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.
Namun, proses penulisan karya ilmiah tidak lepas dari berbagai kendala yang sering dihadapi oleh mahasiswa. Salah satu tantangan utama adalah minimnya pemahaman terhadap struktur dan format yang sesuai, seperti penyusunan abstrak, pendahuluan, hingga penutup yang sesuai dengan standar akademik. Selain itu, kesulitan dalam mencari, mengelola, dan merujuk sumber informasi secara valid juga menjadi hambatan, terutama dalam menghindari plagiarisme. Mahasiswa juga kerap menghadapi masalah dalam mengolah data dan membangun argumen logis berdasarkan hasil penelitian.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang menyeluruh, meliputi pelatihan, pendampingan, dan penyediaan sumber daya yang memadai, mahasiswa perlu mendapatkan pelatihan khusus mengenai teknik penulisan ilmiah, termasuk pemahaman tentang format, penggunaan bahasa akademik, serta cara merujuk sumber dengan benar untuk mencegah plagiarisme.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Dini Suhardini, M.I.Kom., seorang pustakawan madya, dalam sebuah talkshow mengenai karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh BEM REMA UPI bekerja sama dengan Perpustakaan UPI. Acara ini berlangsung secara luring di Aula Gedung LPPM Kampus UPI.
Pada kesempatan yang sama, Muhammad Ikhsan Ag, ketua pelaksana talkshow ini, menekankan pentingnya pemahaman karya tulis ilmiah bagi mahasiswa melalui program-program kolaboratif. “Dengan kolaborasi ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami pentingnya karya tulis ilmiah sebagai bentuk kontribusi intelektual sekaligus melatih kemampuan mereka dalam menyampaikan gagasan secara efektif. Talkshow ini merupakan langkah awal untuk menciptakan lingkungan akademik yang inovatif dan produktif, memperkuat budaya literasi, serta membangun generasi yang memiliki daya saing global,” ujarnya.
Sementara itu, Bayu Prasetio, S.Pd., yang membahas secara khusus tentang esai beasiswa sebagai salah satu bentuk karya ilmiah, menjelaskan bahwa esai beasiswa memainkan peran penting dalam menunjukkan potensi diri dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. “Esai beasiswa bukan hanya tulisan formal, tetapi juga mencerminkan kepribadian, visi, dan komitmen seseorang terhadap tujuan akademik dan sosial,” jelasnya. Beliau juga menekankan bahwa penulisan esai harus diawali dengan pemahaman terhadap tujuan beasiswa dan kriteria penilaiannya. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk menyusun argumen yang relevan dan persuasif. Bayu menambahkan bahwa struktur esai yang jelas, penggunaan bahasa yang efektif, serta narasi yang personal namun tetap profesional menjadi kunci untuk menarik perhatian tim penilai. Ia mengingatkan pula pentingnya proses revisi dan memperoleh umpan balik dari mentor atau rekan untuk memastikan esai mencapai kualitas terbaik sebelum diajukan. “Esai beasiswa tidak hanya menjadi peluang untuk mendapatkan dana pendidikan, tetapi juga sebagai media untuk menunjukkan keunggulan diri dan visi masa depan kepada dunia,” tambahnya.
Penulisan karya ilmiah, termasuk esai beasiswa, bukan sekadar tugas akademik, melainkan langkah strategis untuk membangun generasi muda yang unggul secara intelektual dan siap bersaing di kancah global. Karya tulis adalah investasi jangka panjang yang mencerminkan pemikiran, potensi, dan visi untuk masa depan