Bisa Berkawan edisi 46, 17 Juni 2021 bersama Bu Dr.Labibah,M.Si. (Optimalisasi layanan perpustakaan melalui media sosial)

Virus corona yang ditemukan tahun 2019 dan mengakibatkan dunia dalam kondisi kaca balau memang tidak pernah akan habis dibahas, karena menyebabkan banyak perubahan di segala bidang. Betul sekali COVID-19 menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan membawa penyakit dan kematian tanpa pandang bulu. Akan tetapi, tekanan dan ketakutan membuat manusia butuh untuk survive, dan memunculkan metode-metode pertahanan diri. Begitupun menghadapi covid ini, beragam kebijakan dalam berbagai skala dibuat untuk menyelamatkan umat manusia dari virus ini.

Virus Corona tipe ini juga membuat orang-orang harus diam di rumah, agar tingkat penyebarannya bisa berkurang. Hal ini membuat peningkatan yang signifikan dalam penggunaan media sosial di Indonesia. Tidak hanya antar pribadi, media sosial menjadi alat utama dalam penyebaran informasi dan komunikasi bagi berbagai lembaga. Hal ini dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta, baik komersil maupun nirlaba, semua menggunakan media sosial, untuk membagikan informasi dan untuk menjaga engagement bagi jejaringnya, dan ini dilakukan juga oleh Perpustakaan.

Prof. Eko Indrajit pernah menyatakan bahwa “…a library will only survive if the community they serve want and need them.” Perpustakaan hanya akan tetap bertahan bila komunitas atau masyarakat yang mereka layani tetap menginginkan dan memmbutuhkan mereka. Ibaratnya, perpustakaan tanpa pemustaka itu seperti sambal tanpa cabe, sehingga tidak terasa pedasnya, tidak pula nikmat memakannya. Percuma Perpustakaan memiliki informasi dan data yang lengkap bila tidak ada pemustaka yang menggunakannya,

Ketika masa pandemi menjelang, Perpustakaan kehilangan pemustakanya karena harus tutup secara luring. Perpustakaan yang sudah siap secara infrastruktur segera membuka layanan daring mereka seluas-luasnya untuk memfasilitasi kebutuhan informasi pemustaka. Begitupun beberapa perpustakaan akademik seperti UPI, UIN Sunan Kalijaga dan banyak lainnya. Akan tetapi, selain membuka akses terhadap layanan daring, Perpustakaan juga perlu menyebarkan informasi terkait bagaimana menggunakan layanan daring tersebut. Disinilah letak kepentingan penggunaan media sosial dan bagaimana mengoptimalisasikannya.

Di edisi Bisa Berkawan ke 46 ini, yang juga adalah edisi ulang tahun Bisa Berkawan (Bincang Santai Bersama Pustakawan) mengundang Dra. Labibah Zain, MLIS., Kepala Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, SLA chapter Asia Past President, Anggota terpilih IFLA, yang juga seorang penulis dan sastrawan. Dalam kegiatan ini, Kepala Perpustakaan juga berkenan untuk memberikan sepatah dua patah kata sebagai sambutan MILAD Bisa Berkawan dengan menekankan pentingnya kolaborasi. Bertindak sebagai host yaitu Dian Arya S., M.T.

Dalam perbincangan kali ini, Bu Labibah menekankan bahwa penting sekali untuk Perpustakaan memiliki impact terhadap community yang dilayaninya. Untuk mendapatkan impact tersebut itulah Perpustakaan perlu mempertahankan engagement, dan salah satu caranya adalah dengan mengoptimalkan fungsi sosial media.

Yang bisa dilakukan pertama kali oleh perpustakaan yaitu media sosial dapat digunakan sebagai media promosi layanan. Promosi ini bisa berisi informasi mengenai bagaimana anggota perpustakaan dapat memanfaatkan layanan yang dimiliki oleh perpustakaan secara daring. Contohnya adalah dengan membuat sebuah post mengenai bagaimana cara memanfaatkan layanan perpustakaan secara daring (how to/ instruction), membuat resensi buku pilihan yang dimiliki perpustakaan dalam jangka waktu tertentu secara rutin, serta bisa juga dengan membuat acara siaran langsung (live) mengenai kegiatan perpustakaan yang menarik perhatian khalayak umum.

Yang kedua, Perpustakaan juga dapat membuat jaringan kerjasama dengan perpustakaan lain dalam ruang lingkup media sosial, seperti misalnya kolaborasi kegiatan, promosi hasil karya riset ilmiah antara lembaga perpustakaan serta saling menginformasikan layanan yang dimiliki. Kegiatan ini bisa berdampak pada peningkatan altmetrik masing-masing lembaga tersebut dan tentunya terhadap karya ilmiah itu sendiri.

Yang ketiga adalah hal yang paling penting dalam memanfaatkan media sosial dalam layanan perpustakaan, yaitu melakukan branding, serta memberitahukan kepada masyarakat umum bahwa perpustakaan tidak diam. Perpustakaan mampu mengedukasi serta memberikan jawaban atas kegelisahan yang dialami masyarakat, terutama di masa pandemi ini dengan memanfaatkan layanan daring yang dimiliki perpustakaan tersebut.

Sebagai closing statement, Bu Labibah menyatakan bahwa kegiatan layanan perpustakaan secara daring melalui media sosial merupakan kesempatan yang sangat bagus dan dapat dikatakan efektif –terutama selama masa pandemi– untuk memberikan layanan yang optimal kepada anggota perpustakaan serta masyarakat umum. Hal ini karena perpustakaan harus selalu kreatif dan mampu membuat sebuah inovasi yang out-of-the-box agar tetap dapat memberikan layanan yang terbaik. Dan tentu saja, perpustakaan juga perlu untuk terus berjejaring, berkolaborasi dan terus bersemangat, seperti slogan Perpustakaan UPI yang selalu semangat untuk BANGKIT-BERSINERGI.