“Kita telah berjuang, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.” ucapan Nyai Ontosoroh kepada Minke.
Kutipan dalam kalimat “telah berjuang, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya” adalah pesan Pram untuk mereka yang terus berjuang dan melawan, bahkan jauh setelah karya itu dipublikasikan. Kalimat itu menjadi penutup yang sangat kuat dan penuh makna untuk sebuah buku yang awalnya hanya disampaikan secara lisan pada tahun 1973, saat Pram masih menjadi tahanan politik di Pulau Buru pada masa Orde Baru.
Pramoedya Ananta Toer, yang biasa dipanggil Pram ini tidak hanya dikenal sebagai seorang sastrawan, melainkan juga sebagai pejuang kemerdekaan berpikir. Warisannya menjadi pengingat bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk melawan penindasan dan mengubah dunia.
Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca merupakan empat karya beliau yang tergabung menjadi Tetralogi Buru. Buku-buku tersebut sudah tersedia di Perpustakaan UPI, tepatnya berada di koleksi Fiction Corner Lantai 2 dan tentunya dapat dipinjam oleh UPI Readers.