Di bulan Maret, terdapat beberapa hari peringatan yang diantaranya adalah Hari Perempuan Internasional Indonesia yang jatuh pada tanggal 8 Maret dan peringatan peristiwa Bandung Lautan Api tanggal 24 Maret. Dan kebetulan, pada majalah Intisari edisi bulan Maret salah satunya membahas mengenai Lasjkar Wanita Indonesia yang dibentuk oleh perempuan dan beranggotakan perempuan. Lasjkar Wanita Indonesia atau disingkat menjadi LASWI –yang selanjutnya dijadikan nama jalan di kota Bandung- adalah angkatan bersenjata yang dibentuk pada 12 Oktober 1945. Saat itu, setelah Proklamasi Indonesia didengungkan, masih ada orang-orang Belanda dengan euphorianya setelah ditinggal penjajahan Jepang, ditambah dengan kedatangan tentara Gurkha yang justru malah menjadi sumber kekisruhan.
Pada saat itu, ada banyak organisasi bersenjata yang dibentuk di Bandung, diantaranya laskar Barisan Banteng Repoeblik Indonesia (BRRI), Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) dan banyak lagi. LASWI adalah salah satu dari organisasi bersenjata yang mencoba memperbaiki situasi keamanan di Kota Bandung. Dibentuk oleh Soemarsih Soebijati Aroedji atau Jati Aroedji, yang merupakan istri Aroedji Kartawinata, pimpinan BKR di Jawa Barat. Alasa beliau adalah karena khawatir terhadap nasib perempuan dan anak-anak yag menjadi sasaran terlemah kekisruhan suasana peralihan kedaulatan. Dengan merekrut perempuan Bandung dari semua kalangan, baik remaja putri, ibu rumah tangga,maupun janda.
Beberapa tokoh yag dibahas di artikel ini adalah Toeti Amir Kartabrata, yang mulai bergabung di usia 15 tahun dengan tekad yang kuat setelah digembleng latihan-latihan dasar oleh para alumni PETA, beliau berhasil menjadi komandan Brigade I LASWI. Selain itu, ada pula Soesilowati, yang dijuluki sebagai macan bikang, yang berarti macan perempuan. Soesilowati adalah yang orang tidak segan memenggal kepala tentara Gurkha dan mempersembahkannya ke depan meja Jendral A.H.Nasution. Seperti Soesilowati, ada juga anggota LASWI yang terkenal sebagai pemenggal kepala, yaitu Willy Soekirman, seorang perempuan Bandung peranakan Ambon. Selain para perempua hebat yang mengangkat senjata untuk bertempur langsung, LASWI juga memiliki kelompok palang merah sendiri. Anggotanya diantaranya Upi Suyar da Euis Sa’ariah yang dengan sigap menolong korban setiap pertempuran yang berjatuhan.
Apa yang terjadi di masa lalu seharusnya menjadi pelajaran bagi orag-orang yang hidup setelahnya. LASWI adalah bukti bahwa perempuan mampu melakukan hal-hal yang berani dan heroik, terlepas dari segala stereotyping dan bias. Sementara peristiwa Bandung Lautan Api, terlepas dari segala kontroversi dan perbedaan catatan sejarah, merupakan sebuah bukti kekuatan akar rumput yang mampu menggeliat melawan segala ketidakpastian. Lebih lanjut terkait peristiwa Bandung lautan Api, silakan cek Intisari Edisi Maret yang ada di Perpustakaan UPI, sambil mendengarkan lagu Bandung Selatan di Waktu Malam karya Bang Ma’ing.
Reference Librarian di Perpustakaan Pusat Universitas Pendidikan Indonesia, saat ini masih menjadi Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia untuk wilayah Bandung Raya, Ketua V Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia, serta Sekretaris Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca Kota Bandung.